Selasa, 20 Juli 2010

oleh akhmad sudrajad

Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dalam hal ini Heinich, Molenda, & Russel (1996: 228) mengemukakan bahwa : “…It has ability to control and integrate a wide variety of media – still pictures, graphics and moving images, as well as printed information. The computer can also record, analyze, and react to student responses that are typed on a keyboard or selected with a mouse“.



Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.

Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.

Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.

Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya. Hal ini sejalan dengan definisi Pannen (2003) mengenai media dan teknologi pembelajaran di sekolah dalam arti luas yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan sumberdaya manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi:

1. Penggunaan Multimedia Presentasi.

Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” Corel presentation yang dikembangkan oleh Coral inc” hingga perkembangan terbaru perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.

Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan berbagai karakteristik audience. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan besar pada trend metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat basar bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer.

2. CD Multimedia Interaktif

CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
Model Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana Sudjana & Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)

Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.

3. Video Pembelajaran.

Selain CD interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain.

4. Internet

Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, (Gordin et. al., 1995). Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts)

Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.
Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pembelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line.

Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material). Pembelajaran melalui internet di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah: (1) Electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv., i.e., electronic discussion group, (2) Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group, (3) Downloading of course materials or tutorials, (4) Interactive tutorials on the Web, dan (5) Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.

Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui intenet. Karakteristik/potensi internet sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun, setidak-tidaknya ketiga karakteristik/potensi internet tersebut dipandang sudah memadai sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet.

Sumber:

Adaptasi dan disarikan dari : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2008. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Materi Diklat Calon Pengawas Sekolah/Pengawas Sekolah. Jakarta

Selasa, 13 Juli 2010

Perencanaan Pembanguan Partisipasi oleh Drs H Dadang Solihin, MA


Perencanaan Pembangunan Partisipatif - Presentation Transcript

  1. Drs. H. Dadang Solihin, MA Perencanaan Pembangunan Partisipatif Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara Jakarta, 27 Desember 2006 Lokalatih bagi Aparatur Pemerintah Daerah
  2. Perencanaan
    • S uatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
    • melalui urutan pilihan,
    • dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
  3. Perencanaan
    • H arus memiliki, mengetahui , dan memperhitungkan :
    • Tujuan akhir yang dikehendaki .
    • Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif) .
    • Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut .
    • Masalah-masalah yang dihadapi .
    • Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya .
    • kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya .
    • Orang, organisasi, atau badan pelaksananya .
    • Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
  4. Sifat Perencanaan
    • Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat nasional, sektoral dan spasial.
    • Perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan parsial.
    • Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah.
    • Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau jangka pendek.
  5. Sifat Perencanaan
    • Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down), dari bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.
    • Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan dapat indikatif atau preskriptif.
    • Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif dan radikal.
    • Produk perencanaan dapat berbentuk rencana (plan), kebijakan, peraturan, alokasi anggaran, program, atau kegiatan (d/h proyek).
  6. Kegagalan Perencanaan
    • Penyusunan perencanaan tidak tepat, mungkin karena:
      • informasinya kurang lengkap,
      • metodologinya belum dikuasai,
      • perencanaannya tidak realistis sehingga tidak mungkin pernah bisa terlaksana
      • pengaruh politis terlalu besar sehingga pertimbangan-pertimbangan teknis perencanaan diabaikan.
  7. Kegagalan Perencanaan
    • Perencanaannya mungkin baik, tetapi pelaksanaannya tidak seperti seharusnya.
      • kegagalan terjadi karena tidak berkaitnya perencanaan dengan pelaksanaannya.
      • aparat pelaksana tidak siap atau tidak kompeten,
      • masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga tidak mendukungnya.
  8. Kegagalan Perencanaan
    • perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan serta tidak dapat mengatasi masalah mendasar negara berkembang.
      • Misalnya, orientasi semata-mata pada pertumbuhan yang menyebabkan makin melebarnya kesenjangan.
      • Dengan demikian, yang keliru bukan semata-mata perencanaannya, tetapi falsafah atau konsep di balik perencanaan itu.
  9. Kegagalan Perencanaan
    • karena perencanaan diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia sampai yang paling kecil sekalipun.
      • Perencanaan di sini tidak memberikan kesempatan berkembangnya prakarsa individu dan pengembangan kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh.
      • Sistem ini bertentangan dengan hukum penawaran dan permintaan karena pemerintah mengatur semuanya.
      • Perencanaan seperti inilah yang disebut sebagai sistem perencanaan terpusat (centrally planned system).
  10. Sistem Perencanaan yang Berhasil
    • Sistem perencanaan yang mendorong berkembangnya mekanisme pasar dan peran serta masyarakat.
    • Dalam sistem ini perencanaan dilakukan dengan menentukan sasaran-sasaran secara garis besar, baik di bidang sosial maupun ekonomi, dan pelaku utamanya adalah masyarakat dan usaha swasta.
  11. Perencanaan yang Ideal
    • Prinsip partisipatif : masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya.
    • Prinsip kesinambungan : perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap; tetapi harus berlanjut sehingga menjamin adanya kemajuan terus-menerus dalam kesejahteraan, dan jangan sampai terjadi kemunduran.
    • Prinsip holistik : masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.
  12. Proses Perencanaan Proses top-down dan bottom-up : D ilaksanakan menurut jenjang pemerintahan . Partisipatif : D ilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain melalui Musrenbang . Proses Teknokratik : M enggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu . Pendekatan P olitik : P emilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik ( public choice theory of planning ), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM /D.
  13. Alur Perencanaan dan Penganggaran RPJM Daerah RPJP Daerah RKP RPJM Nasional RPJP Nasional RKP Daerah Renstra KL Renja - KL Renstra SKPD Renja - SKPD RAPBN RAPBD RKA-KL RKA - SKPD APBN Rincian APBN APBD Rincian APBD Diacu Pedoman Dijabar kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabarkan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Diacu Diserasikan melalui Musrenbang UU SPPN Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah UU KN 20 T ahunan 5 T ahunan T ahunan
  14. Ruang Lingkup Perencanaan (UU25/2004) Penetapan Dokumen Penetapan Dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-Daerah) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-Daerah) Peraturan Pimpinan KL (Ps. 21 Ayat 1) Per Pres (Ps. 26 Ayat 1) Peraturan Pimpinan KL (Ps. 19 Ayat 2) Per Pres (Ps. 19 Ayat 1) UU (Ps. 13 Ayat 1) Peraturan Pimpinan SKPD ( Ps. 21 Ayat 3) Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja KL) Peraturan KDH (Ps. 26 Ayat 2) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Peraturan Pimpinan SKPD (Ps. 19 Ayat 4) Renstra Kementerian / Lembaga (Renstra KL) Peraturan KDH (Ps. 19 Ayat 3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional) Perda (Ps. 13 Ayat 2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-Nasional) DAERAH NASIONAL
  15. Penyusunan dan Penetapan RPJMD Visi, Misi, Program Kepala Daerah Terpilih Bappeda menyusun Rancangan Awal RPJMD SKPD Menyusun Renstra SKPD Bappeda menyelenggarakan MUSRENBANG RPJMD Penetapan RPJMD Digunakan sebagai pedoman penyusunan Rancangan RKPD Bappeda menyusun Rancangan Akhir RPJMD
    • Visi, Misi Kepala Daerah
    • Strategi Pembangunan Daerah
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah
    • Program SKPD
    • Visi,Misi Kepala Daerah
    • Strategi Pembangunan Daerah
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah
    Program SKPD e) Program SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
  16. Penyusunan dan Penetapan RKPD Bappeda menyusun Rancangan Awal RKPD Penetapan RKPD Sebagai pedoman penyusunan Rancangan APB D Rancangan Akhir RKPD
    • Prioritas Pembangunan
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah
    • Program SKPD
    • Prioritas Pembangunan Daerah
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah  Pagu Indikatif
    SKPD Menyusun Renja SKPD Program SKPD d) Program SKPD MUSRENBANG Kab/Kota
    • Sinkronisasi Program SKPD
    • Harmonisasi Dekon dan TP
    MUSRENBANG Prov Sbg Wakil Pemerintah Pusat
    • Harmonisasi Dekon dan TP
    (4) Bappenas menyelenggarakan MUSRENBANGNAS
    • Sinkronisasi Program KL/SKPD
    • Harmonisasi Dekon dan TP
    Maret April April MUSRENBANG Desa/Kelurahan/Kecamatan Mei ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) ( 11.a ) ( 11.b ) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )
  17. Musrenbang Penyusunan RKP dan RKPD
    • Pemerintah dan Daerah wajib menyusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai landasan penyusunan RAPBN/RAPBD.
    • Penyusunan Rancangan RKP dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dengan seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan Musrenbang Pusat dan Musrenbang Nasional
    • Penyusunan rancangan RKPD dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dengan seluruh satuan kerja perangkat daerah melalui penyelenggaraan Musrenbang di Daerah masing-masing.
  18. Musrenbang Penyusunan RKP dan RKPD
    • Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKP dan rancangan RKPD.
    • Musrenbang menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan antar kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.
  19. Musrenbang Penyusunan RKP dan RKPD
    • Pelaksanaan Musrenbang dalam rangka penyusunan rancangan RKP dan RKPD diselenggarakan sesuai jadual sebagai berikut:
      • Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan dilaksanakan sebelum Musrenbang Kabupaten dan Kota.
      • Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan sepanjang bulan Maret .
      • Musrenbang Pusat (Musrenbangpus) dilaksanakan pada akhir bulan Maret .
      • Musrenbang Provinsi dilaksanakan pada bulan April .
      • Musrenbang Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan pada akhir bulan April .

    • Mengapa Diperlukan Perencanaan Desa yang Partisipatif?
  20. Filosofi Perencanaan Pembangunan Partisipatif
    • Pendekatan kelompok
      • Pendekatan kelompok adalah perencanaan desa yang disusun oleh masyarakat secara bersama.
      • Dalam arti bahwa seluruh masyarakat terlibat dalam menyusun perencanaan.
      • Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang sesuai untuk masyarakat desa.
    • Perencanaan pada tingkat desa dilakukan deng a n perencanaan secara partisipatif.
    • Yang dimaksud dengan perencanaan partisipatif adalah tiga unsur di bawah ini:
  21. Filosofi Perencanaan Pembangunan Partisipatif
    • Metode Perencanaan
      • Metode perencanaan yang digunakan untuk perencanaan desa adalah suatu metode yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh masyarakat.
      • Metode perencanaan ini berangkat dari permasalahan yang nyata dirasakan oleh masyarakat dan dilanjutkan dengan cara langkah demi langkah.
    • Alat peraga
      • Alat bantu diskusi yang sesuai untuk melakukan perencanaan dengan pendekatan kelompok adalah alat peraga, yang memeragakan semua hasil diskusi pada papan tancap dan kartu-kartu berwarna.
      • Semua pernyataan peserta diskusi dituliskan pada kartu-kartu berwarna dan ditancapkan di papan.
  22. Moderator Desa
    • Berasal dari kata MODERAT; artinya tidak memihak kepada pihak manapun.
    • Kata “moderator” sering kali dipakai untuk peranan seseorang dalam satu forum p ertemuan, di mana orang itu menjalankan peranannya sebagai pengendali proses/jalannya pertemuan itu.
    • Dengan peranan yang sama, masih ada istilah lain yang sering dipakai, yaitu fasilitator.
  23. Moderator Desa Harus Mampu
    • Sebagai katalisator untuk merangsang terjadinya proses diskusi yang partisipatif.
    • Menghimpun dan menghargai pendapat peserta
    • Sebagai juru penengah (moderat) .
    • Mempertimbangkan berbagai pendapat untuk memperoleh konklusi dalam perumusannya .
  24. Fungsi d an Tugas Seorang Moderator
    • Menumbuhkan partisipasi semua peserta pertemuan untuk secara aktif memberikan perannya dalam pertemuan itu.
    • Mengakomodasikan semua pendapat peserta pertemuan
    • Dengan cara yang “bijaksana” menggunakan partisipasi peserta untuk mengolah topik-topik yang dibahas sehingga pertemuan itu mencapai satu kesepakatan.
    • M enemukan titik simpul dari topik-topik yang dibahas dalam forum.
    • D engan teknik-teknik yang bijaksana titik - titik simpul itu dilemparkan ke dalam forum, sehingga kesepakatan yang dicapai tidak terasa oleh peserta sebagai keputusan moderator, melainkan sebagai keputusan forum.
  25. Yang Perlu Diperhatikan d alam Moderasi
    • Hindari posisi yang membelakangi peserta.
    • Usahakan berada pada posisi di mana bisa melihat semua peserta.
    • Menguasai topik yang dibicarakan/dibahas.
    • Tidak bersikap menggurui .
    • Menjelaskan pada orang lain tentang satu topik/masalah dengan cepat.
    • Memilih metode/cara yang tepat untuk mengambil keputusan/mencapai kesepakatan forum.
    • Mampu menyimpulkan dengan cepat semua pendapat yang ada.
    • Cepat memahami pendapat orang lain.
    • Tanggap dan konsekuen.
  26. Yang Perlu Diperhatikan d alam Moderasi
    • Mampu mengendalikan situasi.
    • Menguasai keadaan/situasi
    • Mampu untuk memandu dalam pemecahan suatu masalah.
    • Jadwal Musrenbang harus cocok dan sesuai dengan kondisi dan situasi peserta.
    • Tidak memaksa kehendak.
    • Mampu mengambil keputusan untuk mengatasi keadaan yang “kritis” dalam proses diskusi yang dilakukan peserta.
    • Bersuara cukup lantang.
    • Memakai pakaian rapi dan sopan.
    • Bersikap tenang dan luwes.
  27. Metode dan Teknik Moderasi
    • Curah Pendapat ( B rainstorming )
      • Yaitu memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk menyampaikan pendapat, tanggapan atau usulannya, dengan cara menuliskan pendapat itu pada sepotong kertas yang kemudian ditempelkan di forum atau dengan cara lisan.
      • Cara tertulis lebih efisien dan efektif waktu.
      • Meskipun di antara peserta ada yang malu-malu menyampaikan pendapatnya, namun dia tetap/terpaksa menuliskan pendapatnya di potongan kertas tersebut.
      • Di samping itu, secara visual pendapat-pendapat yang diberikan akan langsung dikelompokkan dan terdokumentasi.
  28. Metode dan Teknik Moderasi
    • Diskusi a ntar Peserta
      • Dalam membahas satu topik, sesuai dengan perannya, seorang moderator tidak harus menanggapi atau menjawab pendapat atau pertanyaan peserta.
      • Seorang moderator hanya menyalurkan pendapat yang dibahas untuk dapat dibahas/ditanggapai oleh peserta yang lain.
      • Sesekali moderator dapat juga ikut urun rembug, namun hal ini harus hati-hati karena bisa saja hal itu ikut mempengaruhi pengambilan keputusan/kesepakatan forum.
  29. Metode dan Teknik Moderasi
    • Kelompok Kerja
      • Untuk kondisi di mana ada 2-3 topik yang harus dibahas sekaligus, moderator dapat membagi peserta menjadi kelompok-kelompok kerja sesuai dengan jumlah topik yang dibahas.
      • Dalam hal seperti ini, moderator tidak lagi berperan langsung dalam forum, tapi peran itu dapat digantikan oleh salah seorang peserta di setiap kelompok untuk menjadi moderator kelompok.
      • Namun demikian, moderator dapat mendampingi moderator-moderator kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi dan konteks topik yang dibahas.
  30. Metode dan Teknik Moderasi
    • Menentukan salah satu peserta sebagai moderator
      • Pada sessi tertentu di mana peserta tidak memerlukan penjelasan, akan tetapi hanya membahas satu topik, moderator dapat menunjuk salah satu peserta untuk bertindak sebagai moderator.
      • Hal seperti ini sebenarnya dapat digilirkan pada setiap peserta, tergantung pada keadaan seperti disebutkan di atas.
  31. Analisis Singkat Keadaan Desa
    • Aspek Kepenuhan Kebutuhan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat:
      • Ketersediaan Pangan
      • Ketersediaan air minum
      • Kesehatan
      • Kondisi rumah
      • Pendapatan
      • Beban kerja
      • Dsb
    • Aspek Fisik dan Ekonomi:
      • Keadaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, sarana dan prasarana Produksi .
    • Aspek Sosial Budaya dan Kelembagaan:
      • Peran serta masyarakat dalam kelembagaan
      • Peranan kelembagaan dalam pembangunan pertanian .
  32. Perumusan Masalah Desa
    • Masalah adalah keadaan negatif yang dialami dan tidak disenangi.
    • Contoh masalah yang dirumuskan secara tepat:
      • Ladang sering dirusak babi.
      • Ternak ayam buras sering kena penyakit..
      • Hasil penanaman palawija rendah.
      • Dalam musim kemarau air minum kurang.
      • Daerah perumahan sering banjir
      • Pemasaran hasil usaha industri kecil anyaman sulit
      • Banyak anak balita sakit batuk secara terus- menerus
      • Beban kerja wanita terlalu tinggi.
      • Pengangguran pemuda tinggi
      • Perempuan tidak terlibat dalam kelompok tani
    • Masalah bukan pernyataan akan kurangnya suatu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi keadaan yang negatif di atas.
    • Contoh masalah yang dirumuskan secara tidak tepat:
      • Tidak adanya jaring untuk mengendalikan hama babi.
      • Tidak adanya PPL yang menerangkan cara beternak ayam buras.
      • Tidak ada kendaraan untuk penyuluh.
      • Kurangnya bahan baku untuk industri rumahtangga rotan.
  33. Terima kasih
  34. Dadang holds a MA degree (Economics), University of Colorado, USA. His previous post is Head, Center for Research Data and Information at DPD Secretariat General as well as Deputy Director for Information of Spatial Planning and Land Use Management at Indonesian National Development Planning Agency (Bappenas).
    • Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
    • He got various training around the globe, included Advanced International Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad City, Sweden (2005); the Training Seminar on Land Use and Management, Taiwan (2004); Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy Development Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001); and Regional Development and Planning Training Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than five books regarding local autonomous.
    • You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his mobile at +62812 932 2202
    Dadang Solihin’s Profile

Kamis, 08 Juli 2010

KANTIN SEKOLAH OLEH AKHMAD SUDRAJAD

Tentang Kantin Sekolah

Layanan kantin  atau kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan siswa atau personil sekolah. Good (1959) dalam bukunya Dictionary of Education mengatakan bahwa: “cafetaria a room or building in which public school pupuils or college student select prepared food and serve themselves”.  Kantin adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin.
William H. Roe dalam bukunya School Business Management menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di sekolah:
  1. memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik atau sehat;
  2. memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
  3. menganjurkan kebersihan dan kesehatan;
  4. menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan bersama;
  5. menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
  6. memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik;
  7. menunjukan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri;
  8. menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebersihannya dan kesehatannya.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah dapat berfungsi untuk:
  1. membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
  2. mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
  3. untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
  4. memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan seseorang;
  5. memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata;
  6. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
  7. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan tempat menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
  1. kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan keuntungan di sekolah;
  2. program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan
  3. harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli siswa
  4. penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat
  5. gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat mempengaruhi keefektivan operasi dan koordinasi program-program kantin
  6. personil-personil kantin harus bertanggung jawab atas makanan yang bergizi dan menarik, serta menjamin selera pembeli;
  7. memberikan kebijaksanaan keuangan (korting) dapat mendorong berkembangnya program kantin, karena dapat menarik pembeli
  8. program kantin harus menyeimbangkan antara kapasitas makanan dan harga, begitu juga gizi.
Terkait dengan bentuk pelayanan kantin sekolah, terdapat 3 (tiga) alternatif bentuk layanan, yaitu:
  1. Self service system. Sistem pelayanan dimana pembeli melayani dirinya sendiri makanan yang diingini;
  2. Wait service system Sistem pelayanan dimana pembeli menunggu dilayani oleh petugas kantin sesuai dengan pesanan;
  3. Tray service system. Sistem pelayanan dimana pembeli dilayani petugas kantin, dan penyajian makanannya dengan menggunakan baki atau nampan.
Kantin sekolah memberikan peluang untuk mengembangkan tingkah laku dan kebiasaan positif di kalangan siswa. Hal-hal berikut dapat diperhitungkan oleh kepala sekolah  untuk memperbaiki lingkungan kantin sekolah:
  1. menentukan prosedur untuk menutup dan membuka kantin atau kapan anak-anak memasuki dan meninggalkan kantin;
  2. memperhatikan semua perilaku murid dalam kantin;
  3. menyusun suatu aturan pembayaran yang tidak merugikan kantin;
  4. membuat pengaturan tempat duduk yang serasi;
  5. menentukan aturan-aturan bagi perilaku anak-anak di meja makan;
  6. mengatur dekorasi, seperti: lukisan, poster-poster kesehatan;
  7. menyajikan musik selama jam makan siang;
  8. mengatur anak-anak yang makan siang dengan membawa makanan sendiri; menyusun prosedur pengembalian talam atau tempat makanan dan pada saat meninggalkan ruangan makan
Dengan dimikian, keberadaan kantin di sekolah, tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum siswa semata, namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai, disiplin dan nilai-nilai lainnya.
Di sinilah letak arti penting manajemen kantin sekolah sebagai salah satu substansi manajemen sekolah.
Sumber:
Disarikan dari : Depdiknas. 2007. Manajemen Layanan Khusus: materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta.

Minggu, 04 Juli 2010

SWOT ANALISIS ANJAL


ANALISIS SWOT ANAK JALANAN  DI KOTA YOGYAKARTA
      KONDISI INTERNAL








KONDISI EKSTERNAL
Strengths
( Kekuatan )
Weaknes
( Kelemahan )
v Memiliki sarana tempat penampungan.
v  Dukungan anggaran sudah dianggarkan.
v  Dinas yang bertugas menangani sudah ada.
v  Komitmen pemerintah kota untuk penangan anjal.
v  LSM yang peduli Anjal
v  Budaya malu yang mulai terhapus
v   Etos kerja kurang
v  Banyak pengangguran
v  Penanganan belum terpadu.
v  Anjal Musiman dari luar kota lebih banyak
v  Dana dari pemerintah terbatas.
ortunities
( peluang )
Strategi SO
( Strengths- Opportunities)
Strategi WO
(Weaknes –Opportunities)
v  Program penanganan dari dinas sosial sudah ada.
v  Program pemberdayaan masyarakat sudah ada.
v  Anjal merupakan anak- anak yang sebagian memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

v  Anjal merupakan anak usia produktif
v  Beberapa LSM memilki rumah singgah.


v  Keterpaduan penanganan antar dinas terkait dengan mengedepankan kepentingan anak jangka panjang.
v  Kerjasama dengan LSM yang peduli Anjal dan memotivasi masyarakat agar berperan aktif melalui program terpadu yang sinergis .


v  Dengan menciptakan peluang kerja sektor UKM
v  Dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan
v  Mengemas potensi anjal agar dapat bernilai ekonomi seperti  seni dan budaya dan memfasilitasi networking .
v  Memberikan fasilitas pendidikan formal dan non formal bagi anak- anak dengan kerjasama dengan Lembaga pendidikan dan pesantren.
v  Kerjasama antar daerah dalam penanggulangan anjal.
v  Mengoptimalkan BLK  dan Panti Karya.
v  Memberdayakan masyarakat untuk ikut menjadi relawan.

Threath
( Ancaman )
Strategi ST
(Strengths –Threath)
Strategi WT
(Weaknes-Threath)
v  Meningkatnya gangguan keamanan
v  Terjadi trafiking, seks bebas.
v  Penyakit kelamin dan Aids.
v  Meningkatnya peredaran Narkoba

v  Membuat peraturan dan sangsi tegas terhadap anjal yang melkukan kejahatan.
v  Membuat perda dan regulasi yang melindungi kepentingan masa depan anak.
v  Penangan berkelanjutan bagi anjal.

v  Peningkatan peran masyarakat dan LSM serta organisasi kepemudaan agar lebih giat melaksanakan kegiatan kegiatan positif kemasyarakatan
v  Penguatan tatanilai dalam keluarga.
v   Pelayanan kesehatan dan cek gratis kepada anjal secara rutin.

Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki komitmen cukup tinggi untuk mengatasi permasalahan anak jalanan atau biasa disebut anjal. Hal ini sesuai dengan  komitmen pemerintah pusat yang mencanangkan Indonesia bebas anak jalanan pada 2011. Di 16 titik  tempat strategis dan sudut sudut kota telah dipasang  spanduk dan baliho-baliho yang mengimhimbau masyarakat untuk tidak memberi uang receh kepada anak jalanan dan pengemis. Kebijakan itu memang tak berjalan mulus dan banyak ditentang masyarakat dan pengemis. Namun cara itu dipandang efektif meminimalisi anjal dan pengemis.
Pada awal 2009, tercatat 1.363 anjal yang berkeliaran. Dari jumlah itu, hanya 312 anak (22,18 persen) yang menjadi penduduk Kota Yogyakarta, 967 anak (70,98 persen) dari luar kota Yogyakarta, dan sisanya tidak jelas. Jadi
Keberadaan Anjal yang cukup banyak memberikan dampak negatif pada diri anjal itu sendiri dan juga terhadap lingkungan. Keberadaan anjal yang cukup tinggi dapat menyebabkan gangguan keamanan sehubungan dengan aktifitas mereka di jalanan.Mereka dapat menjadi sasaran trafiking baik untuk penjualan organ tubuh maupun transaksi seks. Kemungkinan anjal dijadikan sasaran peredaran narkoba cukup tinggi dan sering dibarengi adanya seks bebas yang tentu akan rentan terhadap penyakit kelamin dan Aids. Hingga saat ini pemerintah belum menemukan cara tepat untuk mengentaskan anak jalanan karena membutuhkan sistem yang tepat untuk menangani anjal. Saat ini penanganan anjal dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta.
Berdasarkan maklumat Konversi Hak Anak International dan Undang-undang Perlindungan anak maka anjal perlu mendapat perlindungan sebagai anak yang termarginalkan. Mengatasi permaslahan anjal bukan hal yang mudah . Dinas sosial hanya memiliki dana terbatas untuk penanganan anjal sedangkan  permasalahannya sangat kompleks. Dalam penanganan perlu kerja sama antara Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan. Anjal berkaitan erat dengan kemiskinan, sehingga penyelesaiannya juga harus menyentuh keluarga.
Dinas Sosial harus membangun ekonomi alternatif bagi keluarga miskin yang cenderung mendorong anaknya bekerja di jalanan. Dalam keluarga mereka harus ditanamkan tata nilai yang kuat untuk memiliki budaya malu dan ditumbuhkan etos kerja. Dinas sosial dan tenaga kerja dapat memindahkan mereka dari jalanan dengan menyelenggarakan program keterampilan sesuai kebutuhan anjal, seperti olahraga, menjahit, otomotif, mengemudi, dan menyanyi.Jika semua itu sudah berjalan, akses pendidikan pun harus dipenuhi oleh Dinas Pendidikan Kota melalui program sekolah kesetaraan paket A, B, atau C. Ataupun bekerjasama dengan pesantren yang memiliki asrama untuk memberikan fasilitas kepada anjal. Dinas Kesehatan bertugas memenuhi hak untuk sehat bagi anjal dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada mereka dan diadakan cek kesehatan atau mereka diberikan kemudahan untuk mendapatkan perawatan kesehatan dengan memberikan kartu jaminan kesehatan yang berlaku di semua rumah sakit.
Diadakan kerjasama dengan LSM dan  lembaga layanan sosial dalam bentuk penyediaan rumah singgah, rumah perlindungan sosial, dan panti sosial asuhan anak. Tidak kalah penting masyarakat dapat dilibatkan sebagai pekerja sosial dalam pelaksanaaan program disamping secara makro.

STRATEGI DAN AKSI PEMBERDAYAAN -PNPM MANDIRI


PELAKSANAAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

A.           Latar Belakang
Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani, Salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat yang miskin adalah tidak memiliki sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh, tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multidimensional, mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Sehingga secara umum “Masyarakat Miskin” sebagai suatu kondisi masyarakat yang berada dalam situasi kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasinya. Situasi ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya secara layak.
Dalam rangka mengatasi kemiskinan pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam bentuk program pengentasan kemiskinan.  Pembangunan partisipatif menjadi trend di Indonesia sejak tahun 1994 dan dinilai memiliki dampak positif terhadap masyarakat. Program atau proyek pemberdayaan masyarakat diluncurkan masing-masing sektor, seperti: IDT, PKT, P3DT, P4K, dan lain-lain.  Hal ini menimbulkan banyak kerancuan maupun kebingungan karena masing-masing program memiliki nama dan ukuran yang berbeda-beda.  Ada beberapa sebab yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi, yang diantaranya meliputi: a) setiap program penanggulangan kemiskinan memiliki mekanisme perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan sendiri-sendiri, b) setiap lembaga donor memiliki nama program sendiri-sendiri dengan model pendekatan  yang juga berbeda.  Kondisi ini menibulkan ketidakefisienan dan ketidakefektifnya program-program pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini yang dicoba untuk harmonisasikan dan dintegrasikan dalam satu wadah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Atas dasar kenyataan tersebut muncul beberapa model pembangunan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang mengedepankan pengelolaan partisipatif. Beberapa model program pemberdayaan masyarakat tersebut memiliki keunggulan yaitu: (1) Meningkatnya kemampuan masyarakat dan pemerintah lokal dalam pengelolaan kegiatan pembangunan desa/kelurahan; (2) Partisipasi dan swadaya masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan cukup tinggi; (3) Hasil dan dampaknya, khususnya dalam penanggulangan kemiskinan cukup nyata; (4) Biaya kegiatan pembangunan relatif lebih murah dibandingkan jika dilaksanakan oleh pihak lain; (5) Masyarakat terlibat secara penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; (6) Keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangannya cukup kuat.
B.        Rumusan Masalah
            1. Bagaimana pelaksanaan program PNPM Respek di Papua Barat ?
2. Bagaimana pelaksanaan Program PNPM di Dusun Gambiran Sendangtirto Berbah Sleman?
3. Apa keunggulan dan kelemahan pelaksanaan PNPM di Papua Barat dan Dusun Gambiran Sendangtirto Berbah Sleman.

C.        Teori Yang Digunakan
1.         Partisipasi
Menurut Menurut Adams Charles (1993), partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh” terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas. Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga.
Midgley (1986) menyatakan bahwa partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan dari pembangunan sosial tetapi merupakan bagian yang integral dalam proses pembangunan sosial. Partisipasi masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan partisipasi masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan partisipasi negara miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam tuntutan peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Menurut Adams Charles (1993), tuntutan ini semakin kuat seiring semakin kuatnya negara menekan kebebasan masyarakat. Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk perlawanan terhadap modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak negatif daripada positif bagi pembangunan di banyak negara berkembang. Post-modernisme bukan hanya bentuk perlawanan melainkan memberikan jawaban atau alternatif model yang dirasa lebih tepat. Pembangunan dengan basis pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh paradigma modernisme memiliki banyak kekurangan dan dampak negatif. Kesenjangan antar penduduk mungkin saja terjadi sehingga indikator pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan keberhasilan semu saja. Akumulasi modal yang berhasil dihimpun sebagian besar merupakan investasi asing yang semakin memuluskan jalannya kapitalisme global.
2.         Pemberdayaan
Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh globalisasi yang melanda dunia. Persolan politik dan ekonomi tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan nasional. Keterkaitan antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional.
Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Di negara-negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumber daya alam, dan alienasi masyarakat dari faktor produksi oleh penguasa (Prijono, 1996).
Menurut Maria Fraskho, (2000), konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan model industralisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun sebagai kerangka logik sebagai berikut; (1). Proses pemusatan  kekuasaan terbangunan dari pemusatan penguasaan faktor produksi; (2). Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran; (3). Keuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi yang manipulatif, untuk memperkuat legitimasi; (4). Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum sistem politik dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan disisi lain manusia dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebesan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai (empowerment of the powerless).
Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Menurut Sastroputo Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk penghargaan terhada manusia atau dengan kata lain “memanusiakan manusia”. Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula “korban pembangunan” menjadi “pelaku pembangunan”. Perpektif pembangunan memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas. Pearse dan Stiefel dalam Prijono (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan partisipatif meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan kemandirian.
3.         Partisipasi dan Pemberdayaan
Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat “berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan proses pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat. Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan.
Sedangkan menurut Evers Hans-Dieter (1993), pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Menurut Moeljarto (1997), konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Menurut Purnaweni Hartuti oleh karenanya diperlukan upaya “membangkitkan partisipasi” masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.

D.        Pembahasan
1.         Pelaksanaan PNPM Mandiri Respek di Papua Barat.         
Dari beberapa foto yang ditayangkan  dapat dilihat bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri Respek di Papua Barat secara teoritis telah dilakukan dengan baik . Dalam kegiatannya secara politis telah ditampilkan unsur keterlibatan dan keberanian masyarakat menyampaikan pendapat dalam suatu forum musyawarah yang dikemas di beberapa tempat. Dalam rangkaikan kegiatan telah di laksanakan kegiatan pelatihan konsultan dan fasilitator, musyawarah kampung, penyerahan dana langsung kepada masyarakat kemudian dilaksanakan kegiatan.
Kegiatan pemberdayaan dengan program PNPM didominasi pembangunan infrastruktur atau pembangunan sarana fisik yaitu berupa pembuatan dan pengerasan jalan- jalan, pembangunan jembatan dan pembuatan talud. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih dengan membangun sarana mck  (mandi, cuci , kakus) untuk umum, pengerasan tanggul sungai, pembuatan bak penampungan air.  Pembuatan  gedung posyandu, gedung Taman Kanak –Kanak, gedung pasar tradsional, dan penyediaan sarana listrik desa. Pembangunan sarana infrastruktur diharapakan dapat memberikan kemudahan akses masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dan kegiatan usaha sehingga secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan infra struktur yang dilaksanakan di Papua Barat cukup positif dan bermanfaat. Kegiatan pembangunan dilaksanakan dengan padat karya melibatkan masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi pengangguran. Hingga saat ini Papua masih sangat tertinggal dalam pembangunan infrastruktur karena keadaan tanah yang berbukit- bukit dan tempat tinggal penduduk yang terpencil serta kurangnya perhatian pemerintah dimasa lalu. Pelaksanaan PNPM- Mandiri dengan pembangunan infrastruktur akan sangat membantu sehingga masyarakat Papua Barat dapat memperoleh pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan memperlancar kegitan ekonomi rakyat. Namun semua sarana akan bermanfaat apabila program pemberdayaan tidak berhenti hanya sekedar membangun sarana dan prasarana saja tetapi harus dilanjutkan dan berkesinambungan dengan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sebagai individu.
Pembangunan perlu dilanjutkan dengan Pemberdayaan masyarakat di bidang psikologi sosial dan budaya sehingga ada perubahan perilaku masyarakat dari malas menjadi pekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi. Membudayakan musyawarah dan keberanian menyampaikan pendapat dalam setiap perencanaan pembangunan dan pengawasan pelaksanaan untuk kepentingan bersama. Dalam pemberdayaan masyarakat secara ekonomi diciptakan iklim usaha yang sehat dengan membantu usaha kecil menengah dengan penguatan modal usaha dan menciptakan networking sehingga perekonomian masyarakat meningkat.   
                        Di samping keunggulan-keunggulan di atas, pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah juga memiliki berbagai kelemahan seperti: (1) Tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme dan prosedur yang telah ada dan masih bersifat ad hoc; (2) Partisipasi masyarakat maupun pelembagaan masyarakat cenderung bersifat mobilisasi; (3) Keterlibatan pemerintah daerah masih kurang (ego sektoral); (4) Ketergantungan terhadap bantuan teknis dari konsultan masih besar; (5) Keterpaduan program pembangunan sejenis masih bersifat lemah baik dari segi dana, waktu, dan mekanisme pengelolaan.
             
                        Dari pertimbangan keunggulan dan kelemahan tersebut maka Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai cikal bakal PNPM Mandiri Perdesaan berupaya untuk menjawab persoalan mendasar dari masyarakat, yaitu menyediakan lapangan kerja bagi rakyat miskin, mengatasi masalah pengangguran  dan sekaligus menambah penghasilan bagi kelompok rakyat miskin sebagai upaya penanggulangan kemiskinan. Dari karakteristik program, kegiatan yang dipilih oleh penduduk Papua Barat  adalah pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diharapkan pula akan memberikan dampak multiplier yang lebih besar dengan menurunkan biaya transaksi dan pemasaran sehingga memungkinkan kesempatan berusaha yang lebih luas dan penurunan biaya.
             

2.         Pelaksanaan Program PNPM di Dusun Gambiran Sendangtirto Berbah Sleman.

Dari tayangan vidio tergambarkan kegiatan usaha Kelompok wanita Manunggal Raos di Dusun Gambiran Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman. Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program PNPM Mandiri  dengan sasaran kelompok wanita  dengan memberikan bantuan berupa penguatan modal usaha. Kelompok wanita Manunggal Raos berdiri sejak 4 tahun lalu dengan ketua Ibu Nining. Anggota kelompok berjumlah 11 orang ibu- ibu  yang berwira usaha membuat makanan camilan dengan bahan ketela. Anggota kelompok mengadakan kumpulan satu bulan sekali dan dalam memperkuat usaha kelompok salah satunya dengan mengadakan simpan pinjam.

Kecamatan Berbah memberikan bantuan modal dalam rangka melaksanakan program PNPM dalam bentuk penguatan modal bagi UKM Dengan bantuan penguatan modal usaha dari program PNPM Mandiri yang difasilitasi UPK Kecamatan Berbah dirasakan sangat besar manfaatnya oleh Kelompok Manunggal Raos. Kelompok telah tiga periode  menerima bantuan penguatan modal setiap tahun 10 juta yang dipinjamkan kepada anggota kelompok. Masing- masing anggota mengajukan pinjaman sesuai kebutuhan dan dikembalikan dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga pinjaman satu bulan 2 % dengan rincian 0,5 % untuk kelompok dan 1,5% untuk dikembalikan pada program. Dengan dana dari PNPM usaha yang telah digeluti oleh anggota kelompok menjadi lebih maju.

Ada kelemahan yang cukup memberatkan dalam pemberian penguatan modal UKM. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk pemberdayaanmasyarakat namun demikian terasa kurang adil dan memberatkan  . Disatu sisi anggota kelompok diberi modal agar lebih maju dan berkembang namun di sisi lain  anggota kelompok dibebani bunga cukup besar dari penguatan modal yang diterima. Biasanya cara pengembalian modal usaha diberlakukan dengan sistem tanggung renteng.

Pendekatan dan bantuan yang sifatnya pengembangan, umumnya berbentuk pembentukkan dan pemberdayakan kelompok usaha ekonomi masyarakat baik yang berskala kecil maupun mikro. Pemerintah menyuntikkan modal sebagai penguatan dan memberi pendampingan. Suatu program biasanya mencakup pula pelatihan ketrampilan, kewirausahaan, manajemen, yang disertai pula dengan pendampingan. Setiap masyarakat dibentuk kelompok, diberi modal, motivasi berwirausaha, kapasitas manajerialnya ditingkatkan, aktivitasnya didampingi, serta dikontrol kinerjanya. Masyarakat yang berkuasa dan disisi lain manusia dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebesan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai (empowerment of the powerless).
E.        Dampak Dalam Pelaksanakan PNPM
Dampak PNPM dalam konteks keberhasilan suatu strategi dan aksi pada pemberdayaan masyarakat telah melalui tiga aspek pokok, yaitu :
1.            Terciptanya suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya.
2.            Lebih kuatnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering) melalui pemberian input berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana, baik fisik berupa jalan, irigasi, dan listrik maupun sosial seperti sekolah dan, kesehatan, serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran, dan pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.
3.            Pelindungan terhadap masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang oleh karena kekurangberdayaan menghadapi yang kuat, dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi. Pemberdayaan masyarakat tidak membuat masyarakat bergantung pada berbagai program pemberian (charity), karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri, yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain.
F.         Kritik Dalam Pelaksanakan PNPM
Masih berkembang KKN, penyimpangan dan salah sasaran membuat program penanggulangan kemiskinan tidak pernah betul-betul mampu memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu diperlukan strategi baru yang lebih mengedepankan partisipasi masyarakat. Di era otonomi daerah diharapkan tercipta adanya transparansi dengan memberi masyarakat akses luas terhadap informasi publik.  Partisipasi masyarakat diperankan dalam penyusunan program dan pengambilan keputusan sehingga terwujud  akuntabilitas yang menjadikan masyarakat berhak untuk menuntut pertanggung jawaban pemerintah daerah
Dengan adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan fungsi pembangunan berfokus pada manusia diperlukan perubahan-perubahan mendasar, seperti masalah kebijakan, peraturan, dan akses masyarakat pada proses pengambilan keputusan. Beberapa inisiatif dalam strategi penanggulangan kemiskinan melalui perumusan strategi penangulangan kemiskinan di daerah perlu didukung oleh mekanisme pendampingan yang tangguh dari berbagai pihak yang perhatian pada masalah kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia.
G.        Kesimpulan
Penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan mengubah paradigma pemberdayaan masyarakat dari yang bersifat top-down menjadi partisipatif, dengan bertumpu pada kekuatan dan sumber-sumber daya lokal. Penanggulangan kemiskinan yang tidak berbasis komunitas dan keluarga miskin itu sendiri akan sulit berhasil.  Proses otonomi daerah yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini diharapkan dapat mendukung terlaksananya program –program pemberdayaan masyarakat. Maka disarankan agar program-program penanggulangan kemiskinan ke depan mengarah pada penciptaan lingkungan lokal yang kondusif bagi keluarga miskin bersama komunitasnya dalam menolong diri sendiri.
Konsep manfaat program yang lebih dikedepankan adalah manfaat yang diterima individu dari program penanggulangan kemiskinan. Di Indonesia pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan selalu melibatkan partisipasi masyarakat dengan pembentukan kelompok-kelompok. Hal ini sesuai dengan misi pemberdayaan individu, kelompok dan masyarakat dan sistem nilai yang berkembang di masyarakat, yaitu kebersamaan (kolektivisme), solidaritas kelompok dan kegotongroyongan. Indikator yang menunjukkan kemajuan dan prestasi kelompok dan masyarakat dalam kaitannya dengan program penanggulangan kemiskinan perlu diperhatikan