Minggu, 14 November 2010

DILEMA SAMPAH


CARA BIJAK  MENGHADAPI  SAMPAH
                                                                                               Sinungwati,SH
Bagi sebagian besar orang, sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk dibicarakan, karena ada banyak hal lain yang lebih menarik untuk dibahas dan dianggap  lebih penting. Sudah bertahun-tahun lamanya sampah dianggap bukanlah sebagai masalah. Banyak warga masyarakat beranggapan jika sampah sudah dibuang, maka masalah sudah selesai.
Benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai ? Mereka lupa bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang secara sembarangan akan mengurangi keindahan dan menimbulkan penyakit. Sampah yang di buang sembarangan di jalan, akan membuat kota menjadi kotor. Sampah yang dibuang di sungai akan mencemari air sungai dan menimbulkan banjir. Bahkan sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)  itupun bisa menjadi masalah.
Keberadaan sampah hingga saat ini masih cenderung dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan merugikan. Sampah hingga saat ini menjadi permasalahan dunia. Keberadaan sampah mengganggu ruang gerak manusia padahal manusia juga yang memproduksinya. Sebagus dan semegah apapun tempat tinggal kita maupun kantor kita maka akan tampak kumuh dan tidak sehat apabila sampah berserakan dan aroma bau busuk maupun bau sampah ada disekitar kita.
Menurut para ahli definisi sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian barang rusak atau cacat selama manufactur atau materi berkelebihan atau buangan.(Kamus Lingkungan,1994).Menurut Prof. Ir Radyastuti .W 1996 sampah adalah smber daya yang tidak siap pakai. Dr. Tandjung, M.Sc. , mendefinisikan sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.
Ada 2  macam sampah yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah Organik adalah sampah yang dihasilkan dari baha-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah organik dapat diuraikan melalui proses alami. Yang termasuk sampah organik antara lain sampah dapur, sisa makanan, sayuran , tepung , kulit buah, daun- daun dan ranting-ranting pohon. Sedangkan  sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan- bahan non hayati berupa produk sintetik maupun hasil proses tehnologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi sampah logam dan produk produk olahannya, sampah plastik, kertas kaca, keramik ,deterjen .Sebagian besar sampah anorganik tidak dapat diurai oleh alam atau mikroorganisme( unbiodegradable). Sebagian kecil dapat diuraikan namun membutuhkan waktu cukup lama.
Keberadan sampah dapat mengganggu kesehatan manusia. Sampah sangat disukai oleh kuman dan virus untuk berkembang biak. Keberadaan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyenyebabkan berbgai macam penyakit seperti diare, tifus, muntaber, demam berdarah dan lain lain. Pembuangan sampah ke aliran sungai dapat menyebakan aliran terhambat sehingga timbul banjir apalagi dimusim penghujan. Cairan sampah yang merembes kedalam air tanah dan sungai dapat menyebabkan pencemaran. Sampah yang dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik seperti metana dan menyebabkan bau tidak sedap.
Sampah memang mempunyai nilai negatif namun  apabila dikelola dengan baik ternyata dapat bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Sampah Organik dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, menghasilkan kompos, biogas, briket bio energy. Sampah anorganik dapat dimanfaatkan ulang maupun di daur ulang. Dipakai ulang (Reuse) dipilah kemudian dipilih yang dapat dimanfaatkan kembali. Setelah dipilih dapat dijual misalnya kertas , koran, majalah, botol, ban , sepatu dll. Jenis sampah yang dapat di daur ulang (Recycle) antara lain sampah plastik, sampah logam, sampah kaca dan sampah kertas.Daur ulang sampah plastic dapat dibuat barang-barang kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi seperti tas, bunga, hiasan dinding, mebeler dan lain lain.
Singapura sudah mulai menetapkan hari-hari tertentu sebagai “Bring Your Own Bag Day “  pelanggan diharuskan membawa kantong mereka sendiri dan yang tidak membawa diharuskan membayar 30 cents. Uang tersebut digunakan untuk kegiatan kepedulian terhadap lingkungan. Kantong belanja yang dapat digunakan kembali sekarang menjadi laku keras di Singapura. Dengan kepedulian warganya yang sangat baik dari semua warga dan pemerintah Singapura maka dapat kita lihat hasilnya dengan lingkungan yang bersih dan indah.
Bagaimana dengan kita di Indonesia? Apakah kita harus merasa malu untuk menenteng kantong belanja sendiri? Takut dilihat dan ditertawakan orang? Malah kita harus menertawakan mereka yang tidak mengerti akan pentingnya lingkungan dan kurangnya kesadaran untuk mengurangi sampah. Sekarang juga sudah banyak tas belanja dengan desain yang unik dan funky . Dengan desain menarik anak-anak muda menjadi tidak merasa minder. Botol minum juga sudah semakin keren jadi tidak merasa seperti anak TK yang membawa botol minum.
                Untuk memperoleh lingkungan yang bersih , hijau , asri dan sehat   kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau dinas kebersihan saja. Seluruh warga masyarakat harus ikut berperan serta. Pemerintah menyediakan tempat sampah sesuai golongannya di tempat fasilitas umum dan jalan- jalan, menyelenggarakan pengangkuan ke TPS sampai dengan TPA. Setiap warga dapat berperan dengan pengelolaan sampah mandiri baik secara individu maupun kelompok RT/RW maupun Desa. Dilingkungan rumah kita biasakan dengan memilah sampah dan memasukan sampah sesuai golongannnya yaitu sampah basah, sampah plasti, sampah, kertas dan sampah logam. Dilingkungan sekolah maupun perkantor an disediakan tempat sampah sesuai golongan.dan secara rutin diangkut ke tempat pembungan sampah sementara dan TPA.
Untuk mengurangi sampah dapat kita mulai dengan mengurangi sampah plastik kita dengan bukan tidak memakainya tetapi menggantikannya.dengan cara sebagai berikut :
1.Menentukan prioritas sebelum membeli barang.
2.Menghindari membeli barang konsumsi/membeli barang barang yang tidak bisa di daur ulang.
3.Jangan pakai kantong plastik untuk belanja. Bawa sendiri tas belanjaan yang dapat selalu dipergunakan lagi.
4.Lebih baik lagi beli botol minum jadi bisa selalu diisi ulang dan tidak usah beli botol air mineral lagi.
5.Di negara barat banyak cafe seperti Starbucks sudah mulai membolehkan customer membawa sendiri cangkir atau lebih baik thermos untuk diisi kopi. Kantong plastik masih bisa digunakan lagi. Tapi kalau gelas plastik hanya bisa sekali saja.
6.Mengusahakan perbaikan barang yang rusak sebelum membuangnya tanpa pertimbangan.
7.Memberikan barang - barang yang sudah tidak dibutuhkan kepada orang yang masih membutuhkan.
8.Memilah sampah dan menempatkan sampah sesuai golongannya.
.           Salah satu cara praktis mengelola sampah organik yang sangat mudah dan dapat dilaksanakan di rumah kita adalah model yang telah dilaksanakan di Sukunan , Desa Banyuraden Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Tidak perlu mengeluarkan biaya besar dan tidak perlu keahlian khusus. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan modal kepedulian dan kemauan menjaga lingkungan. Selain lingkungan menjadi bersih, tanaman menjadi subur tanpa harus mengeluarkan dana untuk membeli pupuk karena dari hasil pengolahan sampah organic ini dapat mencukupi kebutuhan pupuk tanaman keluarga.Untuk sampah organik diolah secara alami menjadi kompos dengan cara sebagai berikut:
1.    Setiap keluarga menyediakan 2 buah gentong yang dilubangi bagian bawahnya atau menggunakan 2 bis beton dan ditutup bagian atasnya. Kedua gentong atau bis beton dipergunakan secara bergantian.
2.    Pisahkan sampah dari bahan anorganik kemudian masukan ke dalam gentong/bis beton no.1 sampai penuh setelah penuh pindah ke gentong/bis beton no.2.( masing masing gentong lk 3 bulan ).
3.    Setelah gentong 2 penuh maka gentong no. 1 siap di panen.Pisahkan kompos yang sudah jadi dan yang belum kemudian di ayak.
4.    Sisa ayakan kasar dan sampah yang belum menjadi kompos dimasukan ke gentong/bis beton no 2.
5.    Kompos halus hasil ayakan siap digunakan sendiri maupun dikemas dalam plastik untuk di jual.

Berikan anak cucu kita lingkungan yang bersih, sehat dan asri dengan cara membiasakan mengelola sampah secara bijak dimulai dari diri kita sendiri.

Daftar Pustaka : Basriyanto 2007 : Memanen Sampah : Kanisius 2007.

Senin, 01 November 2010

BEBAN BELAJAR DAN PEMBERIAN TUGAS KEPADA SISWA DALAM KTSP

Buku Standar Penyelenggaraan KKG-MGMP
Tentang Beban Belajar dan Pemberian Tugas Kepada Siswa Dalam KTSP
Posted on 30 Oktober 2010 by AKHMAD SUDRAJAT

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa terdapat dua jenis sistem penyelenggaraan progran pendidikan di di semua jenjang dan jenis satuan pendidikan yaitu: (1) Sistem Paket dan (2) Sistem Kredit Semester.



Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Sedangkan Sistem Kredit Sementer adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan.

Pada Sistem Paket, beban belajar setiap mata pelajaran dinyatakan dalam Satuan Jam Pembelajaran, sedangkan pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS)

Baik pada Sistem Paket maupun Sistem SKS, keduanya memiliki 3 (tiga) komponen beban belajar yang sama, yaitu: (1) tatap muka; (2) penugasan terstruktur; (3) kegiatan mandiri tidak terstruktur, yang dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
SD atau yang sederajat berlangsung selama 35 menit, dengan jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu: (a) kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran dan (b) kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran
SMP atau yang sederajat berlangsung selama 40 menit, dengan jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu sebanyak 34 jam pembelajaran.
SMA atau yang sederajat berlangsung selama 45 menit, dengan jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu sebanyak 38 s.d. 39 jam pembelajaran.

Waktu untuk beban penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur berlaku ketentuan sebagai berikut:
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD atau yang serajat maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMP atau yang serajat maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMA atau yang serajat maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

Berbicara tentang pemberian tugas kepada siswa, kita akan diingatkan pada salah satu metode dalam pembelajaran yang dikenal dengan sebutan Metode Pemberian Tugas atau Metode Resitasi. Mulyani Sumantri dkk (Yenrika Kurniati Rahayu, 2007) mengemukakan bahwa “Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok.

Selanjutnya, Djamarah (Yenrika Kurniati Rahayu, 2007) mengemukakan tentang langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode pemberian tugas atau metode resitasi, yakni sebagai berikut:

1. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
Tujuan yang akan dicapai
Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
Sesuai dengan kemampuan siswa
Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

2. Langkah pelaksanaan tugas
Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

3. Fase mempertanggungjawabkan tugas
Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan
Ada tanya jawab/diskusi kelas
Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara yang lainnya.

Dari paparan di atas kita melihat bahwa pemberian tugas kepada siswa perlu disediakan waktu yang cukup. Untuk itu pemberian tugas hendaknya proporsional. Artinya, guru seyogyanya tidak memberikan tugas yang berlebihan alias terlalu membebani siswa. Perlu diingat bahwa dalam KTSP, ketentuan tugas yang dibebankan kepada siswa maksimum hanya separuh dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

Di atas juga dikemukakan bahwa dalam memberikan tugas kepada siswa seyogyanya disesuaikan dengan kemampuan siswa Oleh karena itu tantangan beban tugas kepada siswa hendaknya diberikan secara moderat. Artinya, dalam memberikan tugas kepada siswa diusahakan tidak terlalu sulit atau justru terlalu mudah untuk dikerjakan siswa.

Pemberian tugas yang terlalu mudah akan menyebabkan siswa menjadi kurang termotivasi dan cenderung menyepelekan. Sedangkan jika terlalu sulit dapat menimbulkan rasa frustasi, bahkan mungkin hanya akan menimbulkan kebencian terhadap mata pelajaran maupun terhadap guru yang bersangkutan.

Hal ini tentu saja menjadi berseberangan dengan prinsip pembelajaran menyenangkan (joyful learning) yang saat ini sedang digelorakan dalam pendidikan kita

==========

Sumber:
Permendiknas RI Nomor. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Panduan Penyelenggaraan SKS
Yenrika Kurniati Rahayu. 200

Selasa, 21 September 2010

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI KELOMPOK TANI MINA JAYA
DI SENDANGTIRTO BERBAH SLEMAN

I. LATAR BELAKANG

      Masalah kemiskinan merupakan masalah yang sangat komplek oleh karenanya masalah kemiskinan harus diatasi secara komprehensip dan harus melibatkan berbagai disiplin ilmu dan lintas sektoral, oleh karenanya harus diatasi bersama oleh pemerintah dan segenap elemen masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam mengatasi kemiskinan agar memposisikan masyarakat miskin sebagai subjek didasarkan kepada asumsi, bahwa mereka sekalipun keadaan tidak berdaya tetapi masih memiliki potensi untuk memberdayakan dirinya sendiri.
Kemiskinan masih merupakan masalah pembangunan yang perlu diupayakan pemecahannya melalui berbagai program pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dapat meningkatkan kemampuan ekonominya. Kegiatan usaha merupakan salah satu langkah efektif dalam mengatasi masalah kemiskinan, karena melalui kegiatan usaha ini masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945, ekonomi kerakyatan adalah sistem perekonomian yang melembagakan kedaulatan ekonomi rakyat. Tujuannya adalah untuk mengutamakan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang.Prinsip penyelenggaraan ekonomi kerakyatan adalah tiga ayat yang terdapat dalam Pasal 33 UUD 1945 berikut: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; dan (3) Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya ikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam upaya mengatasi kemiskinan pemerintah telah meluncurkan program-program pemberdayaan melalui Usaha Ekonomis Produktif (UEP) seperti Program Pemberdayaan Keluarga melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), dan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).Ekonomi kerakyatan merupakan kegiatan ekonomi yang menghidupi kita. Setiap hari yang kita hidangkan di meja makan adalah bahan-bahan hasil produksi rakyat. Dari beras sampai garam, dari sayur-mayur sampai bumbu, merupakan produksi perekonomian rakyat.Ekonomi kerakyatan menghidupi dan menjadi pendukung kehidupan bangsa selama ini dan untuk masa akan datang. Meskipun terjadi krisis ekonomi global yang baru dialami Amerika dan memmbawa dampak di berbagai sector ekonomi , rakyat masih bisa hidup dari hasil-hasil ekonomi rakyat.Tatkala buruh-buruh sektor besar dan modern terkena PHK karena perusahaan insolvent mereka sebagian besar “diterima” dan “dihidupi” oleh ekonomi rakyatyang tetap survive.
Rakyat kita mengenal budaya tolong-menolong dan gotong royong yang merupakan bagian inti dari sistem :”social safety net” Indonesia yang tulen (genuine). Ekonomi rakyat telah menjadi “penjaga gawang” dalam perekonomian nasional. Ekonomi rakyat tel;ah menampung kesusahan-kesusahan dan beban ekonomi modern yang diwakili para konglemerat.

     Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 1 Kota dan 4 Kabupaten yang memiliki karakteristik tersendiri sehingga dalam kebijakan maupun tata kelola masing masing wilayah memiliki respon yang berbeda pula . Dalam hal menghadapi kemiskinan maupun dalam rangka melaksanakan ekonomi kerakyatanpun masing –masing mempergunakan jurus- jurus yang dianggap jitu dengan menyesuaikan lingkungan wilayah dan karkteristik penduduk. Kabupaten Sleman merupakan daerah yang memiliki program unggulan di bidang perikan karena pengairan untuk perikanan terdukung.

     Di Dusun Kadipolo Kelurahan Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman. Tanah pertaniannya cukup subur dan pengairannya sangat lancer karena meskipun musim kemarau air sungai sebagai syarat utama perikanan terpenuhi terbukti tetap lancer dan melimpah. Penduduk asli mayoritas adalah petani namun didominasi buruh tani karena hanya sebagian kecil petani yang memiliki lahan. Dengan kondisi demikian maka pendapatan dan tingkat kehidupannya masih relative rendah. Masyarakat hanya mengandalkan hasil pertanian dari sawah yang ditanami padi dan kadang kadang diselingi tanaman kacang. Dengan penanaman tradisinal dan serimgnya terjadi kelangkaan pupuk maka penghasilan mereka menjadi rendah dan kadang kadang hasil panen mereka rusak karena hama.

     Dengan keterbatasan modal untuk menanam padi yang cukup besar dan kadang kadang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari maka petani sering dimanfaatkan oleh orang orang yang memiliki usaha dengan memanfaatkan kelemahan warga masyarakat. Para pemilik modal sering membeli hasil panen dengan sistem ” ijon” dan ada beberapa yang menjerat petani dengan memberipinjaman dengan bunga tinggi yang biasa disebut dengan “rentenir”. Dengan kondisi kehidupan petani yang kurang menguntungkan otomatis buruh tani tentu saja lebih memprihatinkan dan sangat diperlukan usaha untuk memperbaiki tingkat pendapatan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

ll. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana pemberdayaan ekonomi kerakyatan di dusun Kadipolo Kelurahan Sendangtirto Berbah Sleman melalui kelompok Tani Mina Jaya?

III. Keraka Teori

1. Masyarakat Miskin
Menurut Gunawan Sumodiningrat (2000), masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan atau ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal:
1). Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan (basic need deprivation).
2). Melakukan kegiatan usaha produktif (unproductiveness).
3). Menjangkau sumber daya sosial dan ekonomi (inacceribility).
4). Menentukan nasibnya diri sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik (vulnerability); dan
5). Membebaskan diri dari mental budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah (no freedom for poor).
     Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan tersebut menumbuhkan perilaku miskin yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha dan menikmati kesejahteraan secara bermartabat. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul ketika fenomena kemiskinan diobjektifkan dalam bentuk angka-angka (Heru Nugroho, 1995:30). 

Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Di negara-negara sedang berkembang, wacana pemberdayaan muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumber daya alam, dan alienasi masyarakat dari faktor produksi oleh penguasa (Prijono, 1996). 

2. Pemberdayaan

     Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Menurut Sastroputo Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk penghargaan terhada manusia atau dengan kata lain “memanusiakan manusia”. Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula “korban pembangunan” menjadi “pelaku pembangunan”. Perpektif pembangunan memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas. Pearse dan Stiefel dalam Prijono (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan partisipatif meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan kemandirian
    Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat “berdaya” dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Dengan proses pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan meningkat. Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan.

IV. Pembahasan

Pembangunan harus dikembangkan dan dengan berbasiskan ekonomi
domestik (bila perlu pada daerah kabupaten/kota) dengan tingkat kemandirian yang tinggi, kepercayaan diri dan kesetaraan, meluasnya kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipatif, adanya persaingan yang sehat, keterbukaan/demokratis, dan pemerataan yang berkeadilan. Semua ini merupakan ciri-ciri dari Ekonomi Kerakyatan yang kita tuju bersama (Prawirokusumo, 2001).
Dengan ekonomi kerakyatan diharapkan dapat memberikan perhatian utama kepada rakyat kecil lewat program-program operasional yang nyata dan mampu merangsang kegiatan ekonomi produktif di tingkat rakyat sekaligus memupuk jiwa kewirausahaan. Komunitas ekonomi rakyat sebagai salah satu sel penyusun tubuh ekonomi Negara,merupakan sumber kekuatan bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Pemberdayaan ekonomi rakyat perlu memperoleh prioritas dalam pembangunan ekonomi rakyat sehingga dapat menjadi pelaku utama dalam perekonomian nasional.

     Titik berat pemberdayaan ekonomi kerakyatan akan terletak pada upaya mempercepat pembangunan pedesaan sebagai tempat bermukim dan berusaha sebagian besar subyek dan obyek pembangunan bangsa ini, dimana mereka berusaha sebagai petani dan nelayan yang berpolakan subsistem. Pemberdayaan ekonomi rakyat yang dilakukan harus mampu mengatasi dan mengurangi kendala dan hambatan yang dihadapi oleh pengusaha kecil, menengah, dan koperasi pada sektor industri pengolahan serta pedagang kecil di sektor perdagangan dan jasa.

     Dengan demikian, perlu dikembangkan kemampuan profesionalisme pelaku usaha pada tiga sektor usaha kecil tersebut secara berkesinambungan, agar mampu mengelola dan mengembangkan usahanya secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga dapat mewujudkan peran utamanya dalam segala bidang yang mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan. Hal ini memungkinkan melalui upaya perbaikan dan pengembangan dalam pendidikan kewirausahaan dan manajemen usaha. 

     Dalam rangka meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kwalitas hidup , maka beberapa tokoh masyarakat di Dusun Kadipolo melakukan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat dan kemandirian ekonomi . Mereka mengetahui bahwa kondisi air dan tanah di kadipolo melimpah dan sangat cocok untuk budidaya udang galah. Dengan dipelopori Bapak Pujianto dan Bapak Jarot maka disosialisasikan budidaya Udang galah. Udang galah menjadi pilihan karena udang galah atau dalam bahasa latin disebut (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan andalan budidaya perikanan nasional yang telah diprogramkan menjadi komoditas domestik dan ekspor..Memiliki nilai ekonomis tinggi karena banyak digemari oleh konsumen dalam maupun luar negeri. 

     Permintaan udang galah hingga saat ini sangat tinggi dan belum terpenuhi oleh para petani. Budidaya Udang galah merupakan salah satu usaha perikanan air tawar yang dapat dikembangkan kearah usaha yang dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan.Hingga saat ini permintaan udang galah di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat tinggi sehingga kadang kadang untuk memenuhi kebutuhan udang galah di DIY harus mendatangkan udang galah dari Jawa Barat.
     Dengan adanya sosialisasi dan contoh hasil budidaya yang dilaksanakan maka beberapa petani sawah beralih budidaya udang galah. Dalam perjalanannya mereka menghadapi beberapa kendala antara lain, pengetahuan budidaya yang minim, kebutuhan modal yang cukup besar dan permasalahan harga jual di pasaran dan keamanan kolam dari pencuri. Dengan adanya kendala tersebut maka beberapa petani sepakat membentuk kelompok petani udang dengan nama Kelompok Tani Mina Jaya. Kelompok Tani Mina jaya pada awalnya hanya berjumlah 10 petani didampingi Petugas Penyuluh Lapangan ( PPL) dari Dinas perikanan yang bertugas di kelurahan sendangtirto. Dengan terbentuknya kelompok maka anggota kelompok mengadakan pertemuan-pertemuan anggota kelompok maupun dengan kelompok tani di Daerah Istimewa Yogyakarta.
     Beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa permasalahan umum yang dihadapi oleh UKM dan Koperasi adalah: keterbatasan akses terhadap sumber-sumber permbiayaan dan permodalan, keterbatasan penguasaan teknologi dan informasi, keterbatasan akses pasar, keterbatasan organisasi dan pengelolaannya (Asy’arie,2001).
     Kelompok Tani Mina Jaya berkembang dan sekarang ada 32 anggota. Dalam memperkuat pengetahuan dan ketrampilan anggota Kelompok Tani Mina jaya diberi pelatihan- pelatihan dan mengikuti seminar mengenai cara budidaya udang galah yang diadakan oleh kelompok maupun dari Dinas Perikanan. Salah satu anggota kelompok yaitu Bapak Jarot pernah mengikuti pelatihan budidaya udang di Jepang dan hasil pelatihan disosialisasikan kepada anggota kelompok maupun warga yang ingin belajar budi daya udang. Pelatihan dan seminar yang diadakan tidak hanya mengenai budidaya saja namun juga diberikan pelatihan manajemen dan pemasaran sehingga petani memiliki pengetahuan yang cukup untuk berwira usaha udang karena hasil penjualan udang sangat tinggi bila dibandingkan dengan hasil petani padi. Dengan pelatihan dan seminar diharapakan terjadi peningkatan produktifitas dan penguasaan pasar serta mengembangkan kemitraan
     Dengan membentuk organisasi dan mengikuti pelatihan dan seminar kelompok Mina Jaya telah berhasil mengajak warga petani dan buruh tani untuk budidaya udang dengan cara mengontrak tanah Kas Desa maupun pelungguh Dukuh. Dengan nilai nominal satu tahun per meter persegi Rp Rp. 700,00 dan menyewa tanah warga secara berkelompok. Dengan modal lahan yang telah tersedia dan memperoleh hasil yang cukup signifikan kelompok mengajukan proposal bantuan modak kepada pemerintah. Pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sleman memberikan bantuan modal berupa pinjaman lunak dengan bunga 6 % pertahun tanpa agunan melaui DPM (Dana Penguatan Modal).
Saat ini kelompok Tani Mina Jaya setiap Tahun diberikan pinjaman Rp 175 000 000,00 dalam setahun dengan bunga 6% pertahun dan pengembaliannya setiap enam bulan karena disesuaiakan dengan asumsi budidaya udang panen 6 bulan sekali. Penyaluran dana melalui Bank Daerah Sleman. Pada saat pembayaran kedua atau pelunasan kelompok dapat mengajukan lagi pinjaman berikut. Mengenai besaran pinjaman anggota kepada kelompok maupun pembayaran diserahkan pada mekanisme kelompok dan pinjaman tersebut tanpa agunan karena merupakan pinjaman kelompok dan bukan perorangan.
     Kelompol Mina Jaya mengadakan pertemuan satu bulan sekali dan para istri petani anggota Mina Jaya juga ikut dalam kegiatan kelompok dengan kegiatan simpan pinjam dan arisan. Saat ini kelompok telah memiliki dana kas cukup besar karena setiap panen anggota diwajibkan membayar kapada kelompok untuk kas sebesat 1% dari hasil penjualan panen. Kelompok memberikan fasilitas penyediaan pakan langsung mendatangkan dari pabrik Pakan udang Di Jawa Timur sehingga memperoleh harga lebih murah dari harga penjual karena selisih Rp 2500,00 setiap Zak dan dapat dilakukan pembayaran setelah panen udang.
Dalam penjualan hasil panen kelompok telah memiliki jaringan pemasaran dengan harga telah diatur oleh kelompok dan giliran panenpun di atur oleh kelompok sehingga tidak ada penumpukan hasil panen maupun persaingan harga diantara para petani udang. Dalam aturan main kelompok tercipta the same level playing field bagi petani dan pelaku ekonomi lainnya berdasarkan atuan main yang fair, transparan demokratis dan adil. Kelompok Tani Mina Jaya mampu mendorong peningkatan sumber daya , produktifitas hasil udang sehinga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dusun KadipoloSendangtirto Berbah Sleman telah dikenal dengan julukan “Desa Udang Galah”.
     Saat ini kelompok Tani Mina Jaya sedang membangun sarana dan prasarana pembibitan sendiri. Mereka mendapatkan dana hibah kurang lebih Rp 300.000.000,oo dan pelatih pembibitan dari Kementrian Kelautan di jakarta . Setelah anggota mahir maka semua pengelolaan diserahkan kepada kelompok. Dengan memiliki tempat pembibitan sendiri maka hasil dan manfaat yang diperoleh petani akan meningkat. Mereka dapat mandiri dari mulai penyediaan bibit, penyediaan pakan, dan pemasaran sehingga perekonomian mereka semakin baik dan sejahtera.
     Dalam masa krisis ekonomi global yang terjadipun petani udang tidak merugi namun diuntungkan karena permintaan tetap tinggi dan harga naik. Udang galah segar di jual dari petani Rp 60.000,00 per kilogram. Permintaan udang galah untuk restoran maupun rumah makan di Yogyakarta hngga saat ini belum terpenuhi dari hasil petani udang di Sleman sehingga masih sering mengambil dari petani Bumi ayu Jawa Barat.
Tingkat kesejahteraan masyarakat Kadipolo khususnya petani udang semakin baik sehingga banyak warga yang dahulu sebagai petani maupun buruh tani menjadi petani Udang galah . Mereka memiliki akses yang luas untuk mensejahterakan anggota dan mandiri . Prestasi Kelompok Tani Mina Jaya antara lain tahun 2009 mewakili Propinsi DIY ketingkat Nasional dan memperoleh Juara III tingkat Nasional.

V. KESIMPULAN

     Dengan ekonomi kerakyatan diharapkan dapat memberikan perhatian utama kepada rakyat kecil lewat program-program operasional yang nyata dan mampu merangsang kegiatan ekonomi lokal dan produktif di tingkat rakyat sekaligus memupuk jiwa kewirausahaan. Dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam wadah Kelompok Tani Mina Jaya masyarakat menjadi berdaya dengan mampu menyediakan kebutuhan kelompok dan mengatur harga penjualan. Terjadi peningkatan pendapatan karena adanya penguatan modal dengan pinjaman lunak yang merupakan salah satu kendala utama dalam berwira usaha budidaya udang galah.
Keberadaan Kelompok Tani Mina jaya telah berhasil memberdayakan petani dan masyarakat Dusun Kadipolo Sendangtirto Berbah pada khususnya dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan, mengikut sertakan seminar para anggota kelompok, penyediaan bibit, pengadaan pakan , penentuan harga jual dan penguatan modal bekerja sama dengan pemerintah melalui Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Sleman dan saat ini telah memiliki akses langsung dengan Kementrian Kelautan di Jakarta.

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Suharto, Edi dkk., (2004), Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, Bandung: STKSPress .

2. Prawirokusumo, Soeharto. 2001: Ekonomi Rakyat, Kosep, Kebijakan, dan Strategi, BPFE, Yogyakarta.

3. Asy’arie, Musa. 2001: Keluar dari Krisis Multi Dimensi: Lembaga Studi Filsafat Islam, Yogyakarta.

4. Sajogyo. 1998. Masalah Kemiskinan di Indonesia. Antara Teori dan Praktek. Mimbar Sosek Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

5. Nugroho, Heru, 1995., Kemiskinan, Ketimpangan dan Pemberdayaan, dalam buku Dewanta, Awan Setya,1995., Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia , Yogyakarta: Aditya Media.
6. Badan Pusat Statistik, 2003. Penduduk Miskin (PoorPopulation). Berita Resmi Statistis Penduduk Miskin No.04/Th.II/July, Jakarta:CBS.

Selasa, 20 Juli 2010

oleh akhmad sudrajad

Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dalam hal ini Heinich, Molenda, & Russel (1996: 228) mengemukakan bahwa : “…It has ability to control and integrate a wide variety of media – still pictures, graphics and moving images, as well as printed information. The computer can also record, analyze, and react to student responses that are typed on a keyboard or selected with a mouse“.



Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.

Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.

Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.

Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya. Hal ini sejalan dengan definisi Pannen (2003) mengenai media dan teknologi pembelajaran di sekolah dalam arti luas yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan sumberdaya manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi:

1. Penggunaan Multimedia Presentasi.

Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik. Hal ini didukung oleh teknologi perangkat keras yang berkembang cukup lama, telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi. Saat ini teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft inc” Corel presentation yang dikembangkan oleh Coral inc” hingga perkembangan terbaru perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.

Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan berbagai karakteristik audience. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan besar pada trend metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat basar bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Di antaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer.

2. CD Multimedia Interaktif

CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
Model Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan. (Nana Sudjana & Ahmad Rivai:139). Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)

Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.

3. Video Pembelajaran.

Selain CD interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain.

4. Internet

Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, (Gordin et. al., 1995). Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts)

Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.
Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pembelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line.

Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers) bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi pembelajaran elektronik (online learning material). Pembelajaran melalui internet di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah: (1) Electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv., i.e., electronic discussion group, (2) Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group, (3) Downloading of course materials or tutorials, (4) Interactive tutorials on the Web, dan (5) Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.

Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui intenet. Karakteristik/potensi internet sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun, setidak-tidaknya ketiga karakteristik/potensi internet tersebut dipandang sudah memadai sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet.

Sumber:

Adaptasi dan disarikan dari : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2008. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Materi Diklat Calon Pengawas Sekolah/Pengawas Sekolah. Jakarta

Selasa, 13 Juli 2010

Perencanaan Pembanguan Partisipasi oleh Drs H Dadang Solihin, MA


Perencanaan Pembangunan Partisipatif - Presentation Transcript

  1. Drs. H. Dadang Solihin, MA Perencanaan Pembangunan Partisipatif Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara Jakarta, 27 Desember 2006 Lokalatih bagi Aparatur Pemerintah Daerah
  2. Perencanaan
    • S uatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
    • melalui urutan pilihan,
    • dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
  3. Perencanaan
    • H arus memiliki, mengetahui , dan memperhitungkan :
    • Tujuan akhir yang dikehendaki .
    • Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif) .
    • Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut .
    • Masalah-masalah yang dihadapi .
    • Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya .
    • kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya .
    • Orang, organisasi, atau badan pelaksananya .
    • Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
  4. Sifat Perencanaan
    • Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat nasional, sektoral dan spasial.
    • Perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan parsial.
    • Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah.
    • Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau jangka pendek.
  5. Sifat Perencanaan
    • Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down), dari bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.
    • Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan dapat indikatif atau preskriptif.
    • Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif dan radikal.
    • Produk perencanaan dapat berbentuk rencana (plan), kebijakan, peraturan, alokasi anggaran, program, atau kegiatan (d/h proyek).
  6. Kegagalan Perencanaan
    • Penyusunan perencanaan tidak tepat, mungkin karena:
      • informasinya kurang lengkap,
      • metodologinya belum dikuasai,
      • perencanaannya tidak realistis sehingga tidak mungkin pernah bisa terlaksana
      • pengaruh politis terlalu besar sehingga pertimbangan-pertimbangan teknis perencanaan diabaikan.
  7. Kegagalan Perencanaan
    • Perencanaannya mungkin baik, tetapi pelaksanaannya tidak seperti seharusnya.
      • kegagalan terjadi karena tidak berkaitnya perencanaan dengan pelaksanaannya.
      • aparat pelaksana tidak siap atau tidak kompeten,
      • masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga tidak mendukungnya.
  8. Kegagalan Perencanaan
    • perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan serta tidak dapat mengatasi masalah mendasar negara berkembang.
      • Misalnya, orientasi semata-mata pada pertumbuhan yang menyebabkan makin melebarnya kesenjangan.
      • Dengan demikian, yang keliru bukan semata-mata perencanaannya, tetapi falsafah atau konsep di balik perencanaan itu.
  9. Kegagalan Perencanaan
    • karena perencanaan diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia sampai yang paling kecil sekalipun.
      • Perencanaan di sini tidak memberikan kesempatan berkembangnya prakarsa individu dan pengembangan kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh.
      • Sistem ini bertentangan dengan hukum penawaran dan permintaan karena pemerintah mengatur semuanya.
      • Perencanaan seperti inilah yang disebut sebagai sistem perencanaan terpusat (centrally planned system).
  10. Sistem Perencanaan yang Berhasil
    • Sistem perencanaan yang mendorong berkembangnya mekanisme pasar dan peran serta masyarakat.
    • Dalam sistem ini perencanaan dilakukan dengan menentukan sasaran-sasaran secara garis besar, baik di bidang sosial maupun ekonomi, dan pelaku utamanya adalah masyarakat dan usaha swasta.
  11. Perencanaan yang Ideal
    • Prinsip partisipatif : masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya.
    • Prinsip kesinambungan : perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap; tetapi harus berlanjut sehingga menjamin adanya kemajuan terus-menerus dalam kesejahteraan, dan jangan sampai terjadi kemunduran.
    • Prinsip holistik : masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.
  12. Proses Perencanaan Proses top-down dan bottom-up : D ilaksanakan menurut jenjang pemerintahan . Partisipatif : D ilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain melalui Musrenbang . Proses Teknokratik : M enggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu . Pendekatan P olitik : P emilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik ( public choice theory of planning ), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM /D.
  13. Alur Perencanaan dan Penganggaran RPJM Daerah RPJP Daerah RKP RPJM Nasional RPJP Nasional RKP Daerah Renstra KL Renja - KL Renstra SKPD Renja - SKPD RAPBN RAPBD RKA-KL RKA - SKPD APBN Rincian APBN APBD Rincian APBD Diacu Pedoman Dijabar kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabarkan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Diacu Diserasikan melalui Musrenbang UU SPPN Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah UU KN 20 T ahunan 5 T ahunan T ahunan
  14. Ruang Lingkup Perencanaan (UU25/2004) Penetapan Dokumen Penetapan Dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-Daerah) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-Daerah) Peraturan Pimpinan KL (Ps. 21 Ayat 1) Per Pres (Ps. 26 Ayat 1) Peraturan Pimpinan KL (Ps. 19 Ayat 2) Per Pres (Ps. 19 Ayat 1) UU (Ps. 13 Ayat 1) Peraturan Pimpinan SKPD ( Ps. 21 Ayat 3) Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja KL) Peraturan KDH (Ps. 26 Ayat 2) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Peraturan Pimpinan SKPD (Ps. 19 Ayat 4) Renstra Kementerian / Lembaga (Renstra KL) Peraturan KDH (Ps. 19 Ayat 3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional) Perda (Ps. 13 Ayat 2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-Nasional) DAERAH NASIONAL
  15. Penyusunan dan Penetapan RPJMD Visi, Misi, Program Kepala Daerah Terpilih Bappeda menyusun Rancangan Awal RPJMD SKPD Menyusun Renstra SKPD Bappeda menyelenggarakan MUSRENBANG RPJMD Penetapan RPJMD Digunakan sebagai pedoman penyusunan Rancangan RKPD Bappeda menyusun Rancangan Akhir RPJMD
    • Visi, Misi Kepala Daerah
    • Strategi Pembangunan Daerah
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah
    • Program SKPD
    • Visi,Misi Kepala Daerah
    • Strategi Pembangunan Daerah
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah
    Program SKPD e) Program SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
  16. Penyusunan dan Penetapan RKPD Bappeda menyusun Rancangan Awal RKPD Penetapan RKPD Sebagai pedoman penyusunan Rancangan APB D Rancangan Akhir RKPD
    • Prioritas Pembangunan
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah
    • Program SKPD
    • Prioritas Pembangunan Daerah
    • Kebijakan Umum
    • Kerangka E konomi Daerah  Pagu Indikatif
    SKPD Menyusun Renja SKPD Program SKPD d) Program SKPD MUSRENBANG Kab/Kota
    • Sinkronisasi Program SKPD
    • Harmonisasi Dekon dan TP
    MUSRENBANG Prov Sbg Wakil Pemerintah Pusat
    • Harmonisasi Dekon dan TP
    (4) Bappenas menyelenggarakan MUSRENBANGNAS
    • Sinkronisasi Program KL/SKPD
    • Harmonisasi Dekon dan TP
    Maret April April MUSRENBANG Desa/Kelurahan/Kecamatan Mei ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) ( 11.a ) ( 11.b ) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )
  17. Musrenbang Penyusunan RKP dan RKPD
    • Pemerintah dan Daerah wajib menyusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai landasan penyusunan RAPBN/RAPBD.
    • Penyusunan Rancangan RKP dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dengan seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan Musrenbang Pusat dan Musrenbang Nasional
    • Penyusunan rancangan RKPD dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dengan seluruh satuan kerja perangkat daerah melalui penyelenggaraan Musrenbang di Daerah masing-masing.
  18. Musrenbang Penyusunan RKP dan RKPD
    • Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKP dan rancangan RKPD.
    • Musrenbang menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan antar kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.
  19. Musrenbang Penyusunan RKP dan RKPD
    • Pelaksanaan Musrenbang dalam rangka penyusunan rancangan RKP dan RKPD diselenggarakan sesuai jadual sebagai berikut:
      • Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan dilaksanakan sebelum Musrenbang Kabupaten dan Kota.
      • Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan sepanjang bulan Maret .
      • Musrenbang Pusat (Musrenbangpus) dilaksanakan pada akhir bulan Maret .
      • Musrenbang Provinsi dilaksanakan pada bulan April .
      • Musrenbang Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan pada akhir bulan April .

    • Mengapa Diperlukan Perencanaan Desa yang Partisipatif?
  20. Filosofi Perencanaan Pembangunan Partisipatif
    • Pendekatan kelompok
      • Pendekatan kelompok adalah perencanaan desa yang disusun oleh masyarakat secara bersama.
      • Dalam arti bahwa seluruh masyarakat terlibat dalam menyusun perencanaan.
      • Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang sesuai untuk masyarakat desa.
    • Perencanaan pada tingkat desa dilakukan deng a n perencanaan secara partisipatif.
    • Yang dimaksud dengan perencanaan partisipatif adalah tiga unsur di bawah ini:
  21. Filosofi Perencanaan Pembangunan Partisipatif
    • Metode Perencanaan
      • Metode perencanaan yang digunakan untuk perencanaan desa adalah suatu metode yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh masyarakat.
      • Metode perencanaan ini berangkat dari permasalahan yang nyata dirasakan oleh masyarakat dan dilanjutkan dengan cara langkah demi langkah.
    • Alat peraga
      • Alat bantu diskusi yang sesuai untuk melakukan perencanaan dengan pendekatan kelompok adalah alat peraga, yang memeragakan semua hasil diskusi pada papan tancap dan kartu-kartu berwarna.
      • Semua pernyataan peserta diskusi dituliskan pada kartu-kartu berwarna dan ditancapkan di papan.
  22. Moderator Desa
    • Berasal dari kata MODERAT; artinya tidak memihak kepada pihak manapun.
    • Kata “moderator” sering kali dipakai untuk peranan seseorang dalam satu forum p ertemuan, di mana orang itu menjalankan peranannya sebagai pengendali proses/jalannya pertemuan itu.
    • Dengan peranan yang sama, masih ada istilah lain yang sering dipakai, yaitu fasilitator.
  23. Moderator Desa Harus Mampu
    • Sebagai katalisator untuk merangsang terjadinya proses diskusi yang partisipatif.
    • Menghimpun dan menghargai pendapat peserta
    • Sebagai juru penengah (moderat) .
    • Mempertimbangkan berbagai pendapat untuk memperoleh konklusi dalam perumusannya .
  24. Fungsi d an Tugas Seorang Moderator
    • Menumbuhkan partisipasi semua peserta pertemuan untuk secara aktif memberikan perannya dalam pertemuan itu.
    • Mengakomodasikan semua pendapat peserta pertemuan
    • Dengan cara yang “bijaksana” menggunakan partisipasi peserta untuk mengolah topik-topik yang dibahas sehingga pertemuan itu mencapai satu kesepakatan.
    • M enemukan titik simpul dari topik-topik yang dibahas dalam forum.
    • D engan teknik-teknik yang bijaksana titik - titik simpul itu dilemparkan ke dalam forum, sehingga kesepakatan yang dicapai tidak terasa oleh peserta sebagai keputusan moderator, melainkan sebagai keputusan forum.
  25. Yang Perlu Diperhatikan d alam Moderasi
    • Hindari posisi yang membelakangi peserta.
    • Usahakan berada pada posisi di mana bisa melihat semua peserta.
    • Menguasai topik yang dibicarakan/dibahas.
    • Tidak bersikap menggurui .
    • Menjelaskan pada orang lain tentang satu topik/masalah dengan cepat.
    • Memilih metode/cara yang tepat untuk mengambil keputusan/mencapai kesepakatan forum.
    • Mampu menyimpulkan dengan cepat semua pendapat yang ada.
    • Cepat memahami pendapat orang lain.
    • Tanggap dan konsekuen.
  26. Yang Perlu Diperhatikan d alam Moderasi
    • Mampu mengendalikan situasi.
    • Menguasai keadaan/situasi
    • Mampu untuk memandu dalam pemecahan suatu masalah.
    • Jadwal Musrenbang harus cocok dan sesuai dengan kondisi dan situasi peserta.
    • Tidak memaksa kehendak.
    • Mampu mengambil keputusan untuk mengatasi keadaan yang “kritis” dalam proses diskusi yang dilakukan peserta.
    • Bersuara cukup lantang.
    • Memakai pakaian rapi dan sopan.
    • Bersikap tenang dan luwes.
  27. Metode dan Teknik Moderasi
    • Curah Pendapat ( B rainstorming )
      • Yaitu memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk menyampaikan pendapat, tanggapan atau usulannya, dengan cara menuliskan pendapat itu pada sepotong kertas yang kemudian ditempelkan di forum atau dengan cara lisan.
      • Cara tertulis lebih efisien dan efektif waktu.
      • Meskipun di antara peserta ada yang malu-malu menyampaikan pendapatnya, namun dia tetap/terpaksa menuliskan pendapatnya di potongan kertas tersebut.
      • Di samping itu, secara visual pendapat-pendapat yang diberikan akan langsung dikelompokkan dan terdokumentasi.
  28. Metode dan Teknik Moderasi
    • Diskusi a ntar Peserta
      • Dalam membahas satu topik, sesuai dengan perannya, seorang moderator tidak harus menanggapi atau menjawab pendapat atau pertanyaan peserta.
      • Seorang moderator hanya menyalurkan pendapat yang dibahas untuk dapat dibahas/ditanggapai oleh peserta yang lain.
      • Sesekali moderator dapat juga ikut urun rembug, namun hal ini harus hati-hati karena bisa saja hal itu ikut mempengaruhi pengambilan keputusan/kesepakatan forum.
  29. Metode dan Teknik Moderasi
    • Kelompok Kerja
      • Untuk kondisi di mana ada 2-3 topik yang harus dibahas sekaligus, moderator dapat membagi peserta menjadi kelompok-kelompok kerja sesuai dengan jumlah topik yang dibahas.
      • Dalam hal seperti ini, moderator tidak lagi berperan langsung dalam forum, tapi peran itu dapat digantikan oleh salah seorang peserta di setiap kelompok untuk menjadi moderator kelompok.
      • Namun demikian, moderator dapat mendampingi moderator-moderator kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi dan konteks topik yang dibahas.
  30. Metode dan Teknik Moderasi
    • Menentukan salah satu peserta sebagai moderator
      • Pada sessi tertentu di mana peserta tidak memerlukan penjelasan, akan tetapi hanya membahas satu topik, moderator dapat menunjuk salah satu peserta untuk bertindak sebagai moderator.
      • Hal seperti ini sebenarnya dapat digilirkan pada setiap peserta, tergantung pada keadaan seperti disebutkan di atas.
  31. Analisis Singkat Keadaan Desa
    • Aspek Kepenuhan Kebutuhan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat:
      • Ketersediaan Pangan
      • Ketersediaan air minum
      • Kesehatan
      • Kondisi rumah
      • Pendapatan
      • Beban kerja
      • Dsb
    • Aspek Fisik dan Ekonomi:
      • Keadaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, sarana dan prasarana Produksi .
    • Aspek Sosial Budaya dan Kelembagaan:
      • Peran serta masyarakat dalam kelembagaan
      • Peranan kelembagaan dalam pembangunan pertanian .
  32. Perumusan Masalah Desa
    • Masalah adalah keadaan negatif yang dialami dan tidak disenangi.
    • Contoh masalah yang dirumuskan secara tepat:
      • Ladang sering dirusak babi.
      • Ternak ayam buras sering kena penyakit..
      • Hasil penanaman palawija rendah.
      • Dalam musim kemarau air minum kurang.
      • Daerah perumahan sering banjir
      • Pemasaran hasil usaha industri kecil anyaman sulit
      • Banyak anak balita sakit batuk secara terus- menerus
      • Beban kerja wanita terlalu tinggi.
      • Pengangguran pemuda tinggi
      • Perempuan tidak terlibat dalam kelompok tani
    • Masalah bukan pernyataan akan kurangnya suatu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi keadaan yang negatif di atas.
    • Contoh masalah yang dirumuskan secara tidak tepat:
      • Tidak adanya jaring untuk mengendalikan hama babi.
      • Tidak adanya PPL yang menerangkan cara beternak ayam buras.
      • Tidak ada kendaraan untuk penyuluh.
      • Kurangnya bahan baku untuk industri rumahtangga rotan.
  33. Terima kasih
  34. Dadang holds a MA degree (Economics), University of Colorado, USA. His previous post is Head, Center for Research Data and Information at DPD Secretariat General as well as Deputy Director for Information of Spatial Planning and Land Use Management at Indonesian National Development Planning Agency (Bappenas).
    • Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
    • He got various training around the globe, included Advanced International Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad City, Sweden (2005); the Training Seminar on Land Use and Management, Taiwan (2004); Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy Development Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001); and Regional Development and Planning Training Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than five books regarding local autonomous.
    • You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his mobile at +62812 932 2202
    Dadang Solihin’s Profile

Kamis, 08 Juli 2010

KANTIN SEKOLAH OLEH AKHMAD SUDRAJAD

Tentang Kantin Sekolah

Layanan kantin  atau kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan siswa atau personil sekolah. Good (1959) dalam bukunya Dictionary of Education mengatakan bahwa: “cafetaria a room or building in which public school pupuils or college student select prepared food and serve themselves”.  Kantin adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin.
William H. Roe dalam bukunya School Business Management menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di sekolah:
  1. memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik atau sehat;
  2. memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
  3. menganjurkan kebersihan dan kesehatan;
  4. menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan bersama;
  5. menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
  6. memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik;
  7. menunjukan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri;
  8. menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebersihannya dan kesehatannya.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah dapat berfungsi untuk:
  1. membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
  2. mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
  3. untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
  4. memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan seseorang;
  5. memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata;
  6. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
  7. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan tempat menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
  1. kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan keuntungan di sekolah;
  2. program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan
  3. harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli siswa
  4. penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat
  5. gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat mempengaruhi keefektivan operasi dan koordinasi program-program kantin
  6. personil-personil kantin harus bertanggung jawab atas makanan yang bergizi dan menarik, serta menjamin selera pembeli;
  7. memberikan kebijaksanaan keuangan (korting) dapat mendorong berkembangnya program kantin, karena dapat menarik pembeli
  8. program kantin harus menyeimbangkan antara kapasitas makanan dan harga, begitu juga gizi.
Terkait dengan bentuk pelayanan kantin sekolah, terdapat 3 (tiga) alternatif bentuk layanan, yaitu:
  1. Self service system. Sistem pelayanan dimana pembeli melayani dirinya sendiri makanan yang diingini;
  2. Wait service system Sistem pelayanan dimana pembeli menunggu dilayani oleh petugas kantin sesuai dengan pesanan;
  3. Tray service system. Sistem pelayanan dimana pembeli dilayani petugas kantin, dan penyajian makanannya dengan menggunakan baki atau nampan.
Kantin sekolah memberikan peluang untuk mengembangkan tingkah laku dan kebiasaan positif di kalangan siswa. Hal-hal berikut dapat diperhitungkan oleh kepala sekolah  untuk memperbaiki lingkungan kantin sekolah:
  1. menentukan prosedur untuk menutup dan membuka kantin atau kapan anak-anak memasuki dan meninggalkan kantin;
  2. memperhatikan semua perilaku murid dalam kantin;
  3. menyusun suatu aturan pembayaran yang tidak merugikan kantin;
  4. membuat pengaturan tempat duduk yang serasi;
  5. menentukan aturan-aturan bagi perilaku anak-anak di meja makan;
  6. mengatur dekorasi, seperti: lukisan, poster-poster kesehatan;
  7. menyajikan musik selama jam makan siang;
  8. mengatur anak-anak yang makan siang dengan membawa makanan sendiri; menyusun prosedur pengembalian talam atau tempat makanan dan pada saat meninggalkan ruangan makan
Dengan dimikian, keberadaan kantin di sekolah, tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum siswa semata, namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai, disiplin dan nilai-nilai lainnya.
Di sinilah letak arti penting manajemen kantin sekolah sebagai salah satu substansi manajemen sekolah.
Sumber:
Disarikan dari : Depdiknas. 2007. Manajemen Layanan Khusus: materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta.

Minggu, 04 Juli 2010

SWOT ANALISIS ANJAL


ANALISIS SWOT ANAK JALANAN  DI KOTA YOGYAKARTA
      KONDISI INTERNAL








KONDISI EKSTERNAL
Strengths
( Kekuatan )
Weaknes
( Kelemahan )
v Memiliki sarana tempat penampungan.
v  Dukungan anggaran sudah dianggarkan.
v  Dinas yang bertugas menangani sudah ada.
v  Komitmen pemerintah kota untuk penangan anjal.
v  LSM yang peduli Anjal
v  Budaya malu yang mulai terhapus
v   Etos kerja kurang
v  Banyak pengangguran
v  Penanganan belum terpadu.
v  Anjal Musiman dari luar kota lebih banyak
v  Dana dari pemerintah terbatas.
ortunities
( peluang )
Strategi SO
( Strengths- Opportunities)
Strategi WO
(Weaknes –Opportunities)
v  Program penanganan dari dinas sosial sudah ada.
v  Program pemberdayaan masyarakat sudah ada.
v  Anjal merupakan anak- anak yang sebagian memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

v  Anjal merupakan anak usia produktif
v  Beberapa LSM memilki rumah singgah.


v  Keterpaduan penanganan antar dinas terkait dengan mengedepankan kepentingan anak jangka panjang.
v  Kerjasama dengan LSM yang peduli Anjal dan memotivasi masyarakat agar berperan aktif melalui program terpadu yang sinergis .


v  Dengan menciptakan peluang kerja sektor UKM
v  Dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan
v  Mengemas potensi anjal agar dapat bernilai ekonomi seperti  seni dan budaya dan memfasilitasi networking .
v  Memberikan fasilitas pendidikan formal dan non formal bagi anak- anak dengan kerjasama dengan Lembaga pendidikan dan pesantren.
v  Kerjasama antar daerah dalam penanggulangan anjal.
v  Mengoptimalkan BLK  dan Panti Karya.
v  Memberdayakan masyarakat untuk ikut menjadi relawan.

Threath
( Ancaman )
Strategi ST
(Strengths –Threath)
Strategi WT
(Weaknes-Threath)
v  Meningkatnya gangguan keamanan
v  Terjadi trafiking, seks bebas.
v  Penyakit kelamin dan Aids.
v  Meningkatnya peredaran Narkoba

v  Membuat peraturan dan sangsi tegas terhadap anjal yang melkukan kejahatan.
v  Membuat perda dan regulasi yang melindungi kepentingan masa depan anak.
v  Penangan berkelanjutan bagi anjal.

v  Peningkatan peran masyarakat dan LSM serta organisasi kepemudaan agar lebih giat melaksanakan kegiatan kegiatan positif kemasyarakatan
v  Penguatan tatanilai dalam keluarga.
v   Pelayanan kesehatan dan cek gratis kepada anjal secara rutin.

Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki komitmen cukup tinggi untuk mengatasi permasalahan anak jalanan atau biasa disebut anjal. Hal ini sesuai dengan  komitmen pemerintah pusat yang mencanangkan Indonesia bebas anak jalanan pada 2011. Di 16 titik  tempat strategis dan sudut sudut kota telah dipasang  spanduk dan baliho-baliho yang mengimhimbau masyarakat untuk tidak memberi uang receh kepada anak jalanan dan pengemis. Kebijakan itu memang tak berjalan mulus dan banyak ditentang masyarakat dan pengemis. Namun cara itu dipandang efektif meminimalisi anjal dan pengemis.
Pada awal 2009, tercatat 1.363 anjal yang berkeliaran. Dari jumlah itu, hanya 312 anak (22,18 persen) yang menjadi penduduk Kota Yogyakarta, 967 anak (70,98 persen) dari luar kota Yogyakarta, dan sisanya tidak jelas. Jadi
Keberadaan Anjal yang cukup banyak memberikan dampak negatif pada diri anjal itu sendiri dan juga terhadap lingkungan. Keberadaan anjal yang cukup tinggi dapat menyebabkan gangguan keamanan sehubungan dengan aktifitas mereka di jalanan.Mereka dapat menjadi sasaran trafiking baik untuk penjualan organ tubuh maupun transaksi seks. Kemungkinan anjal dijadikan sasaran peredaran narkoba cukup tinggi dan sering dibarengi adanya seks bebas yang tentu akan rentan terhadap penyakit kelamin dan Aids. Hingga saat ini pemerintah belum menemukan cara tepat untuk mengentaskan anak jalanan karena membutuhkan sistem yang tepat untuk menangani anjal. Saat ini penanganan anjal dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta.
Berdasarkan maklumat Konversi Hak Anak International dan Undang-undang Perlindungan anak maka anjal perlu mendapat perlindungan sebagai anak yang termarginalkan. Mengatasi permaslahan anjal bukan hal yang mudah . Dinas sosial hanya memiliki dana terbatas untuk penanganan anjal sedangkan  permasalahannya sangat kompleks. Dalam penanganan perlu kerja sama antara Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan. Anjal berkaitan erat dengan kemiskinan, sehingga penyelesaiannya juga harus menyentuh keluarga.
Dinas Sosial harus membangun ekonomi alternatif bagi keluarga miskin yang cenderung mendorong anaknya bekerja di jalanan. Dalam keluarga mereka harus ditanamkan tata nilai yang kuat untuk memiliki budaya malu dan ditumbuhkan etos kerja. Dinas sosial dan tenaga kerja dapat memindahkan mereka dari jalanan dengan menyelenggarakan program keterampilan sesuai kebutuhan anjal, seperti olahraga, menjahit, otomotif, mengemudi, dan menyanyi.Jika semua itu sudah berjalan, akses pendidikan pun harus dipenuhi oleh Dinas Pendidikan Kota melalui program sekolah kesetaraan paket A, B, atau C. Ataupun bekerjasama dengan pesantren yang memiliki asrama untuk memberikan fasilitas kepada anjal. Dinas Kesehatan bertugas memenuhi hak untuk sehat bagi anjal dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada mereka dan diadakan cek kesehatan atau mereka diberikan kemudahan untuk mendapatkan perawatan kesehatan dengan memberikan kartu jaminan kesehatan yang berlaku di semua rumah sakit.
Diadakan kerjasama dengan LSM dan  lembaga layanan sosial dalam bentuk penyediaan rumah singgah, rumah perlindungan sosial, dan panti sosial asuhan anak. Tidak kalah penting masyarakat dapat dilibatkan sebagai pekerja sosial dalam pelaksanaaan program disamping secara makro.